Monday, October 6, 2014

Review Film: "Sebelum Pagi Terulang Kembali"




Kalau ada film Indonesia tentang korupsi yang all-in-one bagusnya, it's gotta be this one. 

SPTK berkisah ttg keluarga Yan (Alex Komang) dan Ratna (Nungki Kusumastuti). Keluarga mereka adalah keluarga sederhana, terhormat, dan jujur. Yan bekerja sebagai pegawai negeri di Kementerian Perhubungan. Ratna mengajar filsafat di Universitas Indonesia. Keduanya orang-orang jujur dan menjunjung tinggi nilai kebenaran dan kejujuran. Di kantor, Yan dikenal antisuap dan punya rekam jejak bersih sebagai pejabat lelang. Tak sekalipun ia pernah menerima proyek bohong-bohongan atau kongkalikong. Keluarga Yan dan Ratna tinggal bersama Susi (Maria Oentoe), ibunda Yan, di rumah 'jaman dulu' yang sederhana namun tertata asri. 

Mereka memiliki tiga anak: Firman (Teuku Rifnu Wikana), Satria (Fauzi Baadila) dan Dian (Adinia Wirasti).

Dian perempuan yang manis. Hobi lari, yoga, dan mengajar puisi bagi anak jalanan. Ia kesayangan keluarga. 

Firman dan Satria, sayangnya, memiliki sibling rivalry sebagai anak lelaki yang paling dibanggakan dan berarti bagi orangtuanya. 

Satria yang bekerja di bidang konstruksi selalu iri pada sang kakak yang dianggapnya anak emas. Mengetahui ada peluang tender pembangunan empat pelabuhan di kantor ayahnya, Satria yang ingin membuktikan kemampuannya pun membujuk Yan untuk meloloskan perusahaannya. 

Di sisi lain, Firman yang kehilangan pekerjaan dan baru saja cerai, merasa kalah dari Satria yang sukses dan mampu memberi macam-macam untuk orangtuanya. 

Selanjutnya digambarkan kebimbangan Yan yang amat dalam saat menghadapi permintaan Satria. Di tengah kebimbangan itu, ternyata ada kekuatan-kekuatan lain di belakangnya yang, tahu-tahu, membuat segalanya terjadi berlawanan dengan keinginannya. Alur cerita perlahan mengungkap benang merah antara keteguhan Yan, ambisi Satria, rasa kekalahan Firman sang kakak, dan buahnya yang menimpa tiga perempuan lain dalam keluarga itu.

Saya berkesempatan menonton film ini saat peluncuran aplikasi "GratIS" oleh Komisi Pemberantasan Korupsi tanggal 1 Oktober lalu di XXI Epicentrum Rasuna Said. SPTK memenangi kompetisi film dokumenter antikorupsi yang diselenggarakan KPK dan Transparency International Indonesia. 

Bagi saya, film ini terasa dekat. Dari latar belakang pekerjaan, keluarga, kampus, semuanya sama. (Eerrr, bukan berarti ini film dokumenter tentang saya, ya, ahahahah!) Dialog-dialognya sangat bagus. Sederhana tapi menyentuh.

Salah satu moral utama dari film ini adalah, kalau mau baik, tidak bisa hanya diri sendiri yang berlaku baik. Seluruh anggota keluarga harus berlaku baik. Dan menjunjung nilai-nilai yang sama

Kalau mau masuk surga, usahanya harus bareng-bareng. Masuk surga itu gak bisa sendirian

Masing-masing anggota keluarga adalah tiang penyangga bagi yang lain. Ambruk satu, ambruk semua. Harus kokoh semuanya. 

Ini sejalan, sih, dengan pesan KPK saat sosialisasi antikorupsi di kantor, bahwa nilai-nilai kejujuran dan antikorupsi sebaiknya ditanamkan sejak dini dalam keluarga. Keluarga, terutama ibu, berperan penting dalam membentuk karakter anak, suami, dan keluarga secara utuh. (Jadiiii, ibu-ibu di rumah aja biar puas main dan seneng-seneng sama anaak! Ga usah ngadepin macet tiap hari yaaay! Hahahah <--- Emak2 dilema kerja kantoran)

Katanya, film ini diputer kok di bioskop. Tapi kita jarang yang tahu, ya. Sekitar Mei 2014, dan periode tayangnya memang gak lama di XXI. Malah lebih ke screening-screening di beberapa universitas di luar Jakarta. And sadly it didn't receive as much attention as its commercial counterparts.

Saya jatuh cinta sama alurnya yang manis dan mengalir tenang, pemain-pemainnya yang, wow, gak ada lagi orang yang lebih tepat untuk meranin, karakter-karakternya juga kuat dan dikembangkan cukup baik, terus juga gambar-gambarnya, angle-anglenya, propertinya, semuuua detilnya saya suka. Sangat teliti, dan keren!

Dan yang penting, itu semua gak dikompromikan sama logika dan pesan cerita yang mau disampaikan. Tetep ngalir dengan sempurna tanpa ada yang hilang.

You know what, in fact, I think this film is, so far, the best Indonesian film of the year :)

Film berdurasi 1 jam 42 menit ini bisa ditonton GRATIS di sini.

Selamat menyaksikan!

No comments:

Popular Posts