Thursday, October 30, 2014

Tips Hemat Biaya Obat

Obat adalah salah satu pengeluaran terbesar jika penyakit datang. Simak tips berikut untuk mensiasatinya:

1. Setelah terima resep, pastikan kamu tahu nama obatnya. Tanya ke dokternya. Fungsinya apa.

2. Sebelum menebus, tanya lagi ke petugas apotik. Tegaskan lagi nama obatnya. Ini bekal utama kamu googling info tentang obatnya. Kedua, tanya harganya. Kalo mahal, tunda dulu aja. Beli di luar rumah sakit biasanya lebih murah. Apalagi di Pramuka.

3. Sekarang cek kegunaannya. Sesuai gak dengan penyakit kamu. Search nama obatnya di www.mims.com (ini yang paling enak dibaca) atau www.drugs.com.

Liat di baris “Indikasi/Indication” (yang artinya “Ini buat ngobatin: ABCD”). Abis itu, liat baris “Kontraindikasi/Contraindication” yang artinya: “Ini nggak boleh buat yang punya: XYZ.”

Kalo gak sesuai sama penyakit kamu, coba tanya dokternya lagi, deh. Kalo dia bilang cuma tambahan aja atau ga terlalu perlu, gak usah.

Kalo cuma vitamin doang juga gak usah. Atau cari pengganti setaranya yang lebih murah. Biasanya vitamin-vitamin gini justru yang mahal harganya.

4. Di www.mims.com atau www.drugs.com kita juga bisa melihat isi kandungan obat (contents) dan harga resminya. Ini paling penting kalo kamu mau hemat. Soalnya, kamu bisa beli generiknya yang jauh lebih murah. Nih saya kasih contoh.

Contoh 1:
Obat paten berikut ini:
Nama obat: Clotix, CPG, Clidorel, Febogrel, Placta, dll
Isi/Contents: Clopidogrel
Harga 30 tablet 75mg = Rp330.000 sd Rp375.000
(Rp11.000 sd 12.500/tablet)
Bisa diganti sama generik:
Nama obat: Clopidogrel
Isi/Contents: Clopidogrel
Harga 30 tablet 75mg = Rp180.000
(Rp6.000/tablet) ==> Hemat separuhnya.

Contoh 2:
Obat paten berikut ini:
Nama obat: Narfoz, Invomit, Lametic, Onetic, dll
Isi/Contents: Ondansetron
Harga 12 tablet 8mg = Rp228.000 sd Rp264.000
(Rp19.000 sd 22.000/tablet)
Bisa diganti sama generik:
Nama obat: Ondansetron
Isi/Contents: Ondansetron
Harga 10 tablet 8mg = Rp20.000
(Rp2.000/tablet) ==> Hemat SEPER-SEBELAS-PARUH-NYA!!!

Gila, kan? :D Hehe. Bayangin kalo kamu mesti beli 30 butir untuk tiap jenis obat sebulan. Kalo obatnya ada 3 jenis, minimal kamu akan bayar 3 x 3 kali lipatnya, alias 9 kali lipatnya.

Takut kualitas generik jelek? Halaaah, itu trik dagang. Sama aja, kok. Cuma beda di nama dan desain bungkusnya aja. Isinya sih sama persis.

5. Cari pengganti yang setara. Artinya, cari yang isi dan dosisnya sama.

Contoh 3:
Obat paten berikut ini: Brainolin
Isi/contents: Citicoline
Harga 30 tablet 1000mg = Rp350.000,-
Misalnya generik Citicoline gak ada. Adanya yang merk Takeline. Isinya sama, citicoline juga. Tapi cuma 500mg. Ya gapapa. Beli aja yang 500mg, minumnya sekali 2 tablet. Kan jadi 1000mg juga.
Harga Takelin 60 tablet 500mg = Rp120.000,- ==> Hemat sepertiganya :D

Inget, yang penting isi dan dosisnya harus sama.

Contoh 4
Menyetarakan suplemen yang isinya macem-macem
Ini trik yang tiga level lebih tinggi dari nyari-nyari generik, hahahahah! Gapapa. Sini saya ajarin caranya :D
Misal: bokap diresepin suplemen otak namanya “Forneuro”. Harganya mahal. Saya ‘pecah’ aja jadi 3 obat lain yang isinya sama, dan harganya jauh lebih miring. Namanya “Neurodex”, asam folat dan vitamin E. Nih saya ajarin caranya.

Resep dokter: Forneuro
Isinya:
- Vit B1 100 mg
- Vit B6 50 mg
- Vit B12 100 mcg
- Natural vit E 200 IU
- Folic acid 400 mcg
Harga 30 tablet = Rp112.500
Harga per tablet = Rp3.750

‘Resep’ pecahan saya:
1. Neurodex
Isinya:
- Vit B1 100 mg
- Vit B6 200 mg
- Vit B12 250 mcg
Harga: 200 tablet Rp79.000 (Rp395/tablet)

2. Vitamin E merk lain 400 IU
Harga: 60 tablet Rp30.000 (Rp50/tablet)

3. Asam folat
Harga: 100 tablet Rp10.000 (Rp10/tablet)

Harga semuanya 30 tablet = Rp13.650
Jadi harga per tabletnya = Rp455,-
Bandingin sama Forneuro yang per tabletnya Rp3.750,-. Lebih murah 8x lipat, isinya sama (yg generik malah lebih), dan dokternya oke2 aja tuh pas saya laporin :D

!!! Catatan penting: kelebihan vitamin bisa dibuang dari urin. Khusus untuk obat, selalu turuti dosis dari dokter. Inget: Cari pengganti yang isi dan dosisnya sama.!!!

Semua info ini dapetnya dari mana? Dari www.mims.com aja yang paling gampang dibaca. Mau gampangnya lagi?

6. Beli di Pramuka. Bawa resep kamu ke sana, trus tanya sama engkoh-nya: “Obat KLMNO ada generiknya gak?” Pasti langsung dikasih.


Ini salah satu toko andalan saya di sana. Namanya Sinar Sehat. So far bisa dipercaya, kok. Saya selalu beli obat di sini. Cari aja toko yang paling rame di lantai dasar.

7. Kalo obat kamu tergolong susah dicari, atau kebangetan mahalnya (misalnya obat kanker), rajin-rajinlah bergaul dengan sesama penyandang penyakit yang sama. Bisa di rumah sakit, atau di yayasan yang khusus menangani penyakit itu. Informasi obat murah juga bisa kamu dapet dari suster, atau bahkan dokternya langsung. Jangan lupa kasih senyum lebar ke mereka, ya :)

Atau, kamu ikut BPJS aja. Hampir semua obat kanker (dan juga tindakan seperti operasi, radiasi, dll semuanya) dicover pemerintah. Kamu gak perlu bayar sama sekali. Silakan cek petunjuk pendaftaran BPJS di link ini.

Semoga tips tadi membantu, ya. Semangat selalu untuk tetap sehat!

Monday, October 6, 2014

Review Film: "Sebelum Pagi Terulang Kembali"




Kalau ada film Indonesia tentang korupsi yang all-in-one bagusnya, it's gotta be this one. 

SPTK berkisah ttg keluarga Yan (Alex Komang) dan Ratna (Nungki Kusumastuti). Keluarga mereka adalah keluarga sederhana, terhormat, dan jujur. Yan bekerja sebagai pegawai negeri di Kementerian Perhubungan. Ratna mengajar filsafat di Universitas Indonesia. Keduanya orang-orang jujur dan menjunjung tinggi nilai kebenaran dan kejujuran. Di kantor, Yan dikenal antisuap dan punya rekam jejak bersih sebagai pejabat lelang. Tak sekalipun ia pernah menerima proyek bohong-bohongan atau kongkalikong. Keluarga Yan dan Ratna tinggal bersama Susi (Maria Oentoe), ibunda Yan, di rumah 'jaman dulu' yang sederhana namun tertata asri. 

Mereka memiliki tiga anak: Firman (Teuku Rifnu Wikana), Satria (Fauzi Baadila) dan Dian (Adinia Wirasti).

Dian perempuan yang manis. Hobi lari, yoga, dan mengajar puisi bagi anak jalanan. Ia kesayangan keluarga. 

Firman dan Satria, sayangnya, memiliki sibling rivalry sebagai anak lelaki yang paling dibanggakan dan berarti bagi orangtuanya. 

Satria yang bekerja di bidang konstruksi selalu iri pada sang kakak yang dianggapnya anak emas. Mengetahui ada peluang tender pembangunan empat pelabuhan di kantor ayahnya, Satria yang ingin membuktikan kemampuannya pun membujuk Yan untuk meloloskan perusahaannya. 

Di sisi lain, Firman yang kehilangan pekerjaan dan baru saja cerai, merasa kalah dari Satria yang sukses dan mampu memberi macam-macam untuk orangtuanya. 

Selanjutnya digambarkan kebimbangan Yan yang amat dalam saat menghadapi permintaan Satria. Di tengah kebimbangan itu, ternyata ada kekuatan-kekuatan lain di belakangnya yang, tahu-tahu, membuat segalanya terjadi berlawanan dengan keinginannya. Alur cerita perlahan mengungkap benang merah antara keteguhan Yan, ambisi Satria, rasa kekalahan Firman sang kakak, dan buahnya yang menimpa tiga perempuan lain dalam keluarga itu.

Saya berkesempatan menonton film ini saat peluncuran aplikasi "GratIS" oleh Komisi Pemberantasan Korupsi tanggal 1 Oktober lalu di XXI Epicentrum Rasuna Said. SPTK memenangi kompetisi film dokumenter antikorupsi yang diselenggarakan KPK dan Transparency International Indonesia. 

Bagi saya, film ini terasa dekat. Dari latar belakang pekerjaan, keluarga, kampus, semuanya sama. (Eerrr, bukan berarti ini film dokumenter tentang saya, ya, ahahahah!) Dialog-dialognya sangat bagus. Sederhana tapi menyentuh.

Salah satu moral utama dari film ini adalah, kalau mau baik, tidak bisa hanya diri sendiri yang berlaku baik. Seluruh anggota keluarga harus berlaku baik. Dan menjunjung nilai-nilai yang sama

Kalau mau masuk surga, usahanya harus bareng-bareng. Masuk surga itu gak bisa sendirian

Masing-masing anggota keluarga adalah tiang penyangga bagi yang lain. Ambruk satu, ambruk semua. Harus kokoh semuanya. 

Ini sejalan, sih, dengan pesan KPK saat sosialisasi antikorupsi di kantor, bahwa nilai-nilai kejujuran dan antikorupsi sebaiknya ditanamkan sejak dini dalam keluarga. Keluarga, terutama ibu, berperan penting dalam membentuk karakter anak, suami, dan keluarga secara utuh. (Jadiiii, ibu-ibu di rumah aja biar puas main dan seneng-seneng sama anaak! Ga usah ngadepin macet tiap hari yaaay! Hahahah <--- Emak2 dilema kerja kantoran)

Katanya, film ini diputer kok di bioskop. Tapi kita jarang yang tahu, ya. Sekitar Mei 2014, dan periode tayangnya memang gak lama di XXI. Malah lebih ke screening-screening di beberapa universitas di luar Jakarta. And sadly it didn't receive as much attention as its commercial counterparts.

Saya jatuh cinta sama alurnya yang manis dan mengalir tenang, pemain-pemainnya yang, wow, gak ada lagi orang yang lebih tepat untuk meranin, karakter-karakternya juga kuat dan dikembangkan cukup baik, terus juga gambar-gambarnya, angle-anglenya, propertinya, semuuua detilnya saya suka. Sangat teliti, dan keren!

Dan yang penting, itu semua gak dikompromikan sama logika dan pesan cerita yang mau disampaikan. Tetep ngalir dengan sempurna tanpa ada yang hilang.

You know what, in fact, I think this film is, so far, the best Indonesian film of the year :)

Film berdurasi 1 jam 42 menit ini bisa ditonton GRATIS di sini.

Selamat menyaksikan!

Popular Posts