Wednesday, March 22, 2017

Memahami Elektroforesis Protein Serum (EPS, atau SPEP)

Abis baca-baca booklet Understanding Series dari International Myeloma Foundation, jadi pingin nulis nih tentang SPEP.

MMers di Jakarta dan Pulau Jawa pasti pernah denger tentang pemeriksaan elektroforesis. Berikut saya sarikan dari booklet tersebut, ya :D

SPEP adalah salah satu tes yang penting untuk menilai perkembangan dan respon pengobatan pasien MM. Pemeriksaan ini mengukur jumlah protein-M yang diproduksi oleh sel-sel myeloma. Semakin banyak jumlah protein-M yang diproduksi, artinya sel-sel MM semakin aktif dan banyak jumlahnya.

Angka rujukan normal
albumin   3.3–5.7 g/dL
alpha-1    0.1–0.4 g/dL
alpha-2    0.3–0.9 g/dL
beta-2      0.7–1.5 g/dL
gamma    0.5–1.4 g/dL

Pemeriksaan SPEP biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan imunofiksasi untuk menentukan jenis protein-M, yakni tipe rantai berat (IgG, IgA, IgD, IgE, atau IgM) dan tipe rantai ringan (kappa atau lambda).

Mengapa “electro”? Sebab, SPEP memisahkan dan menghitung jumlah protein berdasarkan muatan listrik, ukuran dan bentuknya.

Protein dalam serum darah ada dua: albumin dan globulin. Albumin hanya ada satu jenis, sedangkan globulin dibagi menjadi 5 sub-jenis, yaitu alpha-1, alpha-2, beta-1, beta-2, dan gamma globulin.

Serum albumin membentuk 55% dari total protein pada serum darah. Jika MM aktif, kemampuan hati untuk memproduksi albumin akan menurun, sehingga jumlahnya berkurang. Sebaliknya, albumin yang cukup berarti MM bisa dikendalikan. Jumlah albumin juga bisa digunakan untuk menentukan stadium MM. Jika albumin melebihi 3,5 mg/dL maka dapat dikategorikan baik.

Sementara itu, globulin dibagi lagi menjadi alpha-1, alpha-2, beta-1, beta-2, dan gamma globulin. Jika ada protein-M (yang berarti ada sel-sel myeloma), mereka akan berkumpul di satu area kecil dan membentuk puncak atau lonjakan pada grafik. Biasanya pada area gamma atau beta, bahkan juga alpha. Ini dinamakan Lonjakan-M (M-Spike). Inilah ciri khas MM.

Grafik EPS normal

Grafik EPS menandakan adanya protein-M dan membentuk Lonjakan-M (M-Spike) di area beta-2.

Jumlah protein-M dapat diketahui dengan menghitung luas daerah di bawah kurva lonjakan (area under curve, atau AUC) dan persentasenya dari total imunoglobulin. Khusus MM dengan tipe IgA, sejumlah protein bisa menyebar ke area beta, atau bahkan alpha. Oleh sebab itu, pemeriksaan lain seperti immunoglobulin kuantitatif dan free light chain assay biasanya lebih akurat untuk menilai jumlah protein-M pada tipe ini.

Bagaimana cara menilai keberhasilan treatment? Pengobatan yang berhasil akan menurunkan jumlah protein-M hingga (mendekati) normal. Nilai-nilai globulin pada area gamma, alpha dan beta akan menurun. Begitu pula kurva lonjakan M-Spike pada grafik. Coba bandingkan dua grafik EPS. Jika puncak yang kanan turun, itu menandakan perkembangan yang bagus dan pengobatan berhasil.

Jangan lupa untuk selalu berdiskusi dengan dokter hematologi-onkologi yang merawat guna menentukan perawatan yang tepat. Salam semangat!


**Ibu saya memiliki multiple myeloma sejak tahun 2011, dan rutin kontrol di RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat. Silakan klik menu "Multiple Myeloma" untuk melihat postingan terkait MM. Semoga kita bisa saling mengenal dan saling menguatkan :D

Wednesday, March 15, 2017

Tes Sitogenetika Kromosom di Dharmais

Silaturahmi memang membawa rejeki.

Pagi ini, saat saya menunggu antrean poli onkologi, iseng-iseng saya ke lab Dharmais untuk tanya biaya. Saya senang alhamdulillah bapak petugasnya baiiik sekali. Saya tanya macem-macem, mulai darah lengkap, elektroforesis, free light chain, beta 2 mikroglobulin, d dimer, semua dijawab dengan sabar, dan semua tersedia dengan harga murah! Jauh lebih rendah dibanding lab maupun RS lain.

Tapi yang bikin saya terkejut gembira adalah adanya pemeriksaan sitogenetika. Ini adalah pemeriksaan kromosom. Bagi yang belum tahu, kromosom manusia ada 23 pasang, alias 46. Nah, dari tes ini bisa kita liat, pasangan kromosom mana yang gak normal.

Pada pasien MM, pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui profil risiko MM. Kalo kita liat kriteria stadium MM yang baru tahun 2014, faktor kromosom juga sudah diikutsertakan. Misal, kalo kromosom nomor 14 ternyata gak ada alias hilang, itu artinya tipe MM nya agresif. Bandel nih. Perlu penanganan ekstra. Tapi kalo yang hilang nomor 23, misalnya, itu artinya MM-nya lumayan woles.

Nah ini kriteria Stadium MM Revisi 2014 (Revised ISS 2014). Bedanya dari yang lalu, ada penambahan unsur LDH (laktat dehidrogenase, bisa pake cek darah biasa aja dan gak tralu mahal) dan profil risiko sitogenetika ini :D

Stadium I
Semua poin berikut:
- Serum albumin ≥3,5 mg/dL
- Serum beta-2-mikroglobulin <3,5 mg/L
- Tidak ada sitogenetika risiko tinggi
- LDH normal

Stadium II
- Tidak sesuai Stadium I maupun III

Stadium III
Semua poin berikut:
- Serum beta-2-mikroglobulin >5,5 mg/dL
- Ada sitogenetika risiko tinggi [t(4;14), t(14;16), atau del(17p)], atau LDH naik.

Sumber: 1, 2.

Selama ini, saya kira pemeriksaan kromosom cuma ada di luar negeri. Seperti Singapura. Tapi ternyata di Dharmais ada! Saya senang plus deg-degan. Ambil gak ya. Uuuuu hahahaha. 

Mahal, saudara-saudara sekalian. Biayanya Rp1.250.000. Hasilnya 1 bulan. Tapiiii ini jauuuh lebih murah dibanding biaya di Singapura. Bisa 4 kalinya. Belum pesawatnya. Belum apartemennya :D

Naaah... kebetulan ada teman pasien yang pernah ambil tes ini nih di Dharmais. Beliau berkenan share. Ini hasilnya. Tapi namanya disamarkan ya. Namanya juga rahasia :D





Hmm.. Kalau saya lihat, hasilnya sederhana sekali ya. Hanya tulisan
Telah dilakukan karyotyping terhadap 2 metafase dengan hasil sebagai berikut: 
43, XY, -9, -10, -12 (1/2)
44, XY, -9, -10 (1/2)

Trus udah gitu doang. *krik krik  *liat kanan-kiri, nyari yg ngerti

Saya tidak bisa menginterpretasikan hasilnya seperti apa. (ya jelas laaah bukan dokter sih! xD) Tapi kalau dilihat gambar lampiran kromosomnya sih, itu intinya "cuma mendaftar" pasangan kromosom yang hilang. Liat gambarnya deh. Kalo cuma satu, berarti itu hilang pasangannya. Tapi, trus apa? Agak kurang menjelaskan sih ya.

Saya pun browsing lagi. Dan nemu hasil pemeriksaan sitogenetika dari Mayo Clinic di Amerika Serikat. (Yang di NUH Singapura belom nemu, nanti cari lagi).  Hasilnya jauh banget xD

Ini hasil pemeriksaan sitogenetika di Mayo Clinic kalo ada temuan.


Cakep yaaa!!! Ngejelasin banget!

"The result is abnormal and indicates a plasma cell clone with deletion of the TP53 gene..."

"Based on the mSMART algorithm, this patient is in the HIGH RISK category. Plasma cell FISH studies identified a chromosome 17p deletion."

Nah kalo gitu kan jelas. Enak kita ngeliatnya. Dan ngerti! Gampang nyocokinnya ke sistem Revised IMM Staging yang tadi. Plus, di bawahnya dikasih penjelasan tentang cara menentukan profil risiko MM. Ya ampun pantesan mahal ya *ketawa sambil nangis  Soalnya jelas, eksplanatif, dan edukatif juga bagi pasien. Dijelasin dalam kalimat sederhana yang semua orang bisa paham.

Nah kalo di bawah ini hasil yang normal.



"None detected". Berarti normal nih :D

Ih ya ampun cakep banget ya :D  (baca: kita orang awam bisa ngerti)

Nanti saya kasih ke Dharmais ah biar mereka bisa nyontoh seperti itu. Kan buat kita para pasien dan keluarganya juga :)

Kalo mau lihat daftar jenis pemeriksaan untuk MM di Mayo Clinic US (disarankan liatnya abis makan aja. Biar gak tralu ngenes.) silakan liat LINK INI. Pilih aja, nanti tinggal klik "Sample Report" untuk hasil normal, atau "Abnormal Report" untuk hasil yang mengindikasikan temuan.

Hasil-hasil lab yang tadi saya ambil contohnya dari SINI dan SINI.

Oh ya. Ini stratifikasi risiko sitogenetika untuk MM.

Risiko Standar dan Prognosis Bagus:
- Trisomi
- t(11;14) (q13;q32)
- t(6;14) (p21;q32)

Risiko Menengah
- t(4;14) (p16;q32)
- Gain(1q21)

Risiko Tinggi
- t(14;16) (q32;q23)
- t(14;20) (q32;q11)
- del(17p)

Saya juga ga paham sepenuhnya sih. Cuma ngerti t itu translokasi, artinya pindah/tukar tempat. Del itu deletion, artinya hilang pasangannya. Nomor-nomoran itu nomor kromosomnya. Udah gitu doang. Gak meaningful ya hahaha. Nasib bukan dokter xD  Makanya perlu hasil report kayak punya Mayo Clinic :p

Sekitar 40% pasien MM punya trisomi. Artinya, prognosis masih bagus lah. Sisanya kebanyakan translokasi IgH. Ini juga masih bagus kok. Jadi, gak usah terlalu khawatir.

Eh tunggu. Ada pertanyaan nih.

Tanya
Dear Mbak Widya. Kalo kita udah tau risiko kita, trus apa?

Jawab
Jika memungkinkan, pilih opsi perawatan yang terbaik. Misal, MM yang kromosomnya ada trisomi responnya lebih baik dengan Lenalidomide, sementara MM yang ada translokasi t(4;14) perlu regimen Bortezomib (mis. Velcade, Fonkozomib) dan maintenance untuk hasil terbaik. Tapi kita tetap harus diskusi dengan dokter dan observasi respon tubuh kita sendiri. Hasil riset ini kan hanya pengamatan secara umum terhadap sekian ratus pasien. Tubuh kita bisa saja berbeda. Dan itu wajar sekali. Jadi, sesuaikan dengan diri masing-masing.

Tanya lagi nih Mbak:
Kalo gak ngambil tes ini, boleh gak?

Jawab:
Ya boleh aja laaah. Santai aja. Saya juga gak ambil, kok :)  Sebab, apapun profil risikonya, dalam tiap tarikan nafas kita hari ini, besok, dan seterusnya, kita wajib bersyukur atas limpahan rahmat-Nya yang gak akan pernah bisa kita hitung pake angka-angka  :)


Terima kasih ya sudah baca review literatur kecil-kecilan ini :D  Kalo ada salah, mohon koreksi. Kirim kue, snack, makanan, juga boleh. Alamatnya di.... aahh makanya join grup MMI dulu dong xD

Langsung klik
http://bit.ly/1pxAuUf


See you there! :D



Daftar Jurnal

Rajkumar, S. V. (2016). Multiple myeloma: 2016 update on diagnosis, risk-stratification, and management. American Journal of Hematology, 91(7), 719-734. doi:10.1002/ajh.24402

Rajkumar, V. (2016). Myeloma today: Disease definitions and treatment advances. American Journal of Hematology, 91(9), 965-965. doi:10.1002/ajh.24392




**Ibu saya memiliki multiple myeloma sejak tahun 2011, dan rutin kontrol di RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat. Silakan klik menu "Multiple Myeloma" untuk melihat postingan terkait MM. Semoga kita bisa saling mengenal dan saling menguatkan :D

Popular Posts