Judul postingan ini saya contek dari judul buku karangan C. K. Prahalad di awal tahun 2000-an.
Buku ini mengisahkan gimana perusahaan-perusahaan raksasa dunia menjangkau pangsa pasar terbesar di muka bumi ini. Sekaligus mengangkat taraf hidup mereka. Siapa hayo?
Mereka gak keliatan, tapi jumlahnya miliaran. Dan tumbuhnya sangat pesat! Mereka adalah orang-orang di dasar piramida. Masyarakat ekonomi paling bawah.
Dikisahkan, perusahaan saling berinovasi untuk menjangkau masyarakat ekonomi lemah untuk meraih profit, sekaligus memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka! Eradicating poverty through profits.
Contoh yang paling saya inget adalah Unilever. Demi menjangkau masyarakat miskin di India, mereka akhirnya menjual shampoo (eh, apa sabun ya, lupa ding!) dalam kemasan sachet. Karena bentuknya lebih kecil, harganya jadi lebih terjangkau. Orang-orang pun jadi lebih sehat. Horeee :D (FYI, di negara maju gak ada sampo/sabun sachetan. Semua literan.)
Trus ada produsen garam yang menambahkan yodium supaya anak-anak miskin terbebas dari retardasi mental, kretinisme, dan kondisi lainnya. (Mungkin ada yang udah pernah denger istilah GAKI, ya. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium.) Nah perusahaan ini jualan tapi juga bikin sehat anak-anak.
Trus perusahaan yang ngebantu petani miskin supaya mereka bisa pantau harga komoditas di pasar biar gak dicurangin mulu. Kalo gak salah Hewlett-Packard deh.
Ah, pokoknya banyak deh cara-cara perusahaan untuk mengangkat derajat orang-orang di dasar piramid itu :D
Hari ini kita gak akan nge-review buku, siiih. Hari ini kita mau bahas *masih* seputar kesehatan. Lah trus ngapain bahas buku?
Gini. Analogi orang-orang di dasar piramida yang dijadiin target profit ini bikin saya inget sama...
Hmph, saya jadi merasa sedih nih :(
Sama saya sendiri, sama temen-temen saya, saudara-saudara saya... pada kita semua yang ada di piramid paling bawah. Bukan dalam ekonomi, tapi di bidang pemahaman kesehatan dan medis.
Yang gak pernah sekolah kedokteran.
Yes. Kita ini orang-orang di piramid paling bawah.
Nah. Karena keterbatasan di bidang kesehatan dan medis, banyak banget dari kita yang jadi obyek profit. Sayangnya, kita gak dapet apa-apa. Malahan rugi. Selain finansial, yang lebih berbahaya adalah rugi kesehatan jangka panjang, dan rugi pengetahuan karena gak pernah diedukasi sama para profesional medis.
Padahal, itu tugas mereka, lho. Tapi, saya ngerasa justru banyak dari kita yang dimanfaatin.
Saya nggak bermaksud menjelekkan para profesional medis dan kesehatan. Sebailknya, saya punya rasa hormat yang sangat tinggi pada ribuan dokter yang bekerja dari hati ikhlas dan mau mengedukasi pasien. Termasuk dokter yang menangani saya dan keluarga, mereka sangat melindungi kami dan sabar mengedukasi dari A-Z. Yang pengabdian tulus ikhlas. Dan saya bangga banget sama mereka. (Saya bener-bener berharap semua dokter kayak mereka!)
Cuma sayangnya, ternyata buaanyak banget 'profesional medis' di luar sana yang belum terketuk hatinya untuk sampe ke situ. Yang suka asal-asalan kasih obat, atau ngasih diagnosis tanpa dasar, sampe yang hobi nyuruh tes lab macem-macem sampe jutaan.
Ini bisa terjadi pada siapapun, bahkan pada keluarga dan teman saya sendiri, dan justru pada kasus-kasus yang umum ditemui sehari-hari.
Dan yang saya liat, ini makin menjadi-jadi kalo pasiennya punya asuransi. Satu, si pasien merasa "Gapapa, gratis ini". Dua, itu bikin 'profesional medis'-nya seneng karena bisa nambah profit. Mereka bisa pilih obat paling mahal, tes lab yang gak perlu, sampe rawat inap yang gak perlu. Dapet komisi deh. Toh pasien gak bayar ini.
Padahal bahaya banget minum obat yang gak perlu diminum. Dan berapa banyak waktu bisa dihemat kalo gak usah tes lab.
Sayangnya, kasus-kasus kayak gini justru terjadi di kondisi biasa kita temui sehari-hari.
Saya langsung ceritain aja deh.
1. Batuk-pilek
2. Kehamilan
Next: Fortune at the Bottom of the Pyramid (Bag. 2)
Buku ini mengisahkan gimana perusahaan-perusahaan raksasa dunia menjangkau pangsa pasar terbesar di muka bumi ini. Sekaligus mengangkat taraf hidup mereka. Siapa hayo?
Mereka gak keliatan, tapi jumlahnya miliaran. Dan tumbuhnya sangat pesat! Mereka adalah orang-orang di dasar piramida. Masyarakat ekonomi paling bawah.
Dikisahkan, perusahaan saling berinovasi untuk menjangkau masyarakat ekonomi lemah untuk meraih profit, sekaligus memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka! Eradicating poverty through profits.
Contoh yang paling saya inget adalah Unilever. Demi menjangkau masyarakat miskin di India, mereka akhirnya menjual shampoo (eh, apa sabun ya, lupa ding!) dalam kemasan sachet. Karena bentuknya lebih kecil, harganya jadi lebih terjangkau. Orang-orang pun jadi lebih sehat. Horeee :D (FYI, di negara maju gak ada sampo/sabun sachetan. Semua literan.)
Trus ada produsen garam yang menambahkan yodium supaya anak-anak miskin terbebas dari retardasi mental, kretinisme, dan kondisi lainnya. (Mungkin ada yang udah pernah denger istilah GAKI, ya. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium.) Nah perusahaan ini jualan tapi juga bikin sehat anak-anak.
Trus perusahaan yang ngebantu petani miskin supaya mereka bisa pantau harga komoditas di pasar biar gak dicurangin mulu. Kalo gak salah Hewlett-Packard deh.
Ah, pokoknya banyak deh cara-cara perusahaan untuk mengangkat derajat orang-orang di dasar piramid itu :D
Hari ini kita gak akan nge-review buku, siiih. Hari ini kita mau bahas *masih* seputar kesehatan. Lah trus ngapain bahas buku?
Gini. Analogi orang-orang di dasar piramida yang dijadiin target profit ini bikin saya inget sama...
Hmph, saya jadi merasa sedih nih :(
Sama saya sendiri, sama temen-temen saya, saudara-saudara saya... pada kita semua yang ada di piramid paling bawah. Bukan dalam ekonomi, tapi di bidang pemahaman kesehatan dan medis.
Yang gak pernah sekolah kedokteran.
Yes. Kita ini orang-orang di piramid paling bawah.
Kita yang warna kuning. Yang buat pijakan. |
Nah. Karena keterbatasan di bidang kesehatan dan medis, banyak banget dari kita yang jadi obyek profit. Sayangnya, kita gak dapet apa-apa. Malahan rugi. Selain finansial, yang lebih berbahaya adalah rugi kesehatan jangka panjang, dan rugi pengetahuan karena gak pernah diedukasi sama para profesional medis.
Padahal, itu tugas mereka, lho. Tapi, saya ngerasa justru banyak dari kita yang dimanfaatin.
Saya nggak bermaksud menjelekkan para profesional medis dan kesehatan. Sebailknya, saya punya rasa hormat yang sangat tinggi pada ribuan dokter yang bekerja dari hati ikhlas dan mau mengedukasi pasien. Termasuk dokter yang menangani saya dan keluarga, mereka sangat melindungi kami dan sabar mengedukasi dari A-Z. Yang pengabdian tulus ikhlas. Dan saya bangga banget sama mereka. (Saya bener-bener berharap semua dokter kayak mereka!)
Cuma sayangnya, ternyata buaanyak banget 'profesional medis' di luar sana yang belum terketuk hatinya untuk sampe ke situ. Yang suka asal-asalan kasih obat, atau ngasih diagnosis tanpa dasar, sampe yang hobi nyuruh tes lab macem-macem sampe jutaan.
Ini bisa terjadi pada siapapun, bahkan pada keluarga dan teman saya sendiri, dan justru pada kasus-kasus yang umum ditemui sehari-hari.
Dan yang saya liat, ini makin menjadi-jadi kalo pasiennya punya asuransi. Satu, si pasien merasa "Gapapa, gratis ini". Dua, itu bikin 'profesional medis'-nya seneng karena bisa nambah profit. Mereka bisa pilih obat paling mahal, tes lab yang gak perlu, sampe rawat inap yang gak perlu. Dapet komisi deh. Toh pasien gak bayar ini.
Padahal bahaya banget minum obat yang gak perlu diminum. Dan berapa banyak waktu bisa dihemat kalo gak usah tes lab.
Sayangnya, kasus-kasus kayak gini justru terjadi di kondisi biasa kita temui sehari-hari.
Saya langsung ceritain aja deh.
1. Batuk-pilek
2. Kehamilan
Next: Fortune at the Bottom of the Pyramid (Bag. 2)
No comments:
Post a Comment