Gak kerasa udah lewat sebulan setelah Ibu dirawat di Dharmais.
Saya amati, recovery Ibu kali ini lebih lambat daripada dulu. Butuh beberapa minggu hingga Ibu bisa bangun sendiri dari tempat tidur. Rasanya lama sekali.
Sekarang Ibu berjalan dengan bantuan walker. Bentuknya besar, mirip jemuran.
Saya sungguh bersyukur Ibu menerima keterbatasan yang beliau miliki. Ibu tidak pernah mengeluh, tak pernah merasa kurang, tak pernah menyesali kondisinya, menuntut ingin sembuh, ingin ini, ingin itu, nggak pernah sama sekali.
Pernah saya menawarkan, Ibu mau melukis? Ah, aneh-aneh aja, jawab ibu. Jalan-jalan? Nggak. Inap-inap? Nggak juga.
Sehari-hari, kegiatan Ibu gak banyak variasi. Cenderung monoton, malah. Ibu memulai hari dengan jemur di teras. Lalu sarapan dan mandi. Selebihnya tiduran di kamar sambil baca koran, baca buku dan mendengarkan radio.
Memang enak sih radio itu. Nggak seperti TV yang bikin capek duduk dan melihat. Dengan radio, kita tinggal pasang kuping saja.
Radio ibu dulunya dipakai almarhum Bapak. Merk Sony ukuran kecil dan mudah dibawa-bawa. Warnanya hitam, bobotnya ringan dan mantap dipegang. Putaran frekuensinya empuk dan presisi. Putaran volumenya mungil dan pas di jari. Dan suaranya, jernih tak terkira.
Ada 15 saluran yang bisa disimpan. Tapi ibu nggak pernah pakai. Channel-nya ituuu saja. Kalau mau ganti saluran, Ibu akan cari secara manual.
Dari Ibu saya belajar bahwa kebahagiaan tidak tergantung kita bisa pergi ke mana, jalan-jalan ke mana, makan apa, punya apa, dan apa apa lainnya.
Bahagia dan bersyukurlah dengan apa yang kita miliki saat ini.
Kalau bisanya hanya segini, ya sudah, tidak apa-apa. Gak mengurangi kebahagiaan, kok. Gak perlu nuntut harus ini, harus itu, pingin ini, pingin itu. Bersyukurlah.
Sumber kebahagiaan itu banyak. Ga dapet yang satu, ya gak apa-apa. Pasti ada yang lain. Yang lebih simpel, dan lebih gampang dicapai.
Semoga Allah memberi Ibu banyak kebaikan, kenyamanan, dan berkah. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau dan Bapak. Semoga nanti kita semua bisa mendapatkan husnul khatimah, dan kebaikan dunia akhirat. Aamiin.
Saya amati, recovery Ibu kali ini lebih lambat daripada dulu. Butuh beberapa minggu hingga Ibu bisa bangun sendiri dari tempat tidur. Rasanya lama sekali.
Sekarang Ibu berjalan dengan bantuan walker. Bentuknya besar, mirip jemuran.
Saya sungguh bersyukur Ibu menerima keterbatasan yang beliau miliki. Ibu tidak pernah mengeluh, tak pernah merasa kurang, tak pernah menyesali kondisinya, menuntut ingin sembuh, ingin ini, ingin itu, nggak pernah sama sekali.
Pernah saya menawarkan, Ibu mau melukis? Ah, aneh-aneh aja, jawab ibu. Jalan-jalan? Nggak. Inap-inap? Nggak juga.
Sehari-hari, kegiatan Ibu gak banyak variasi. Cenderung monoton, malah. Ibu memulai hari dengan jemur di teras. Lalu sarapan dan mandi. Selebihnya tiduran di kamar sambil baca koran, baca buku dan mendengarkan radio.
Memang enak sih radio itu. Nggak seperti TV yang bikin capek duduk dan melihat. Dengan radio, kita tinggal pasang kuping saja.
Radio ibu dulunya dipakai almarhum Bapak. Merk Sony ukuran kecil dan mudah dibawa-bawa. Warnanya hitam, bobotnya ringan dan mantap dipegang. Putaran frekuensinya empuk dan presisi. Putaran volumenya mungil dan pas di jari. Dan suaranya, jernih tak terkira.
Ada 15 saluran yang bisa disimpan. Tapi ibu nggak pernah pakai. Channel-nya ituuu saja. Kalau mau ganti saluran, Ibu akan cari secara manual.
Sony ICF-M260 |
Dari Ibu saya belajar bahwa kebahagiaan tidak tergantung kita bisa pergi ke mana, jalan-jalan ke mana, makan apa, punya apa, dan apa apa lainnya.
Bahagia dan bersyukurlah dengan apa yang kita miliki saat ini.
Kalau bisanya hanya segini, ya sudah, tidak apa-apa. Gak mengurangi kebahagiaan, kok. Gak perlu nuntut harus ini, harus itu, pingin ini, pingin itu. Bersyukurlah.
Sumber kebahagiaan itu banyak. Ga dapet yang satu, ya gak apa-apa. Pasti ada yang lain. Yang lebih simpel, dan lebih gampang dicapai.
Semoga Allah memberi Ibu banyak kebaikan, kenyamanan, dan berkah. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau dan Bapak. Semoga nanti kita semua bisa mendapatkan husnul khatimah, dan kebaikan dunia akhirat. Aamiin.
No comments:
Post a Comment